Roti croissant memang istimewa. Setiap
kali saya mendapat kesempatan untuk sarapan pagi dengan roti ini, saya
selalu mendendangkan bait pertama lagu “Saulé” asal Maluku ini, seperti yang tertulis diatas. Keistimewaan roti ini adalah lapisan luar yang garing. Crispy kata orang asing. Tapi bagian dalamnya empuk, kenyal dan gurih. Teman-makan dari croissant adalah café au laît
atau kopi susu panas yang agak encer, jangan terlalu kental dan di
dalam cangkir besar. Kebiasaan saya adalah memberi sedikit lapisan
mentega (atau margarin) dan selai arbeien (strawberry jam) diatas roti
ini, kemudian disantap sambil menyeruput kopi susu panas yang tanpa
gula. Kalau bisa dan kalau memungkinkan, kopinya harus yang asli. Tidak
harus kopi impor tapi jangan kopi jagung. Wah, serasa pagi hari di
surga, deh! Rasa manis dari selai arbeien ini sudah lebih dari cukup
untuk memaniskan kopi susu panas tersebut. Tapi kalau Anda ingin memberi
gula kedalam kopi susu Andapun tidak ada yang melarang. Meracik makanan
sesuai dengan selera Anda adalah sepenuhnya hak asasi Anda.
Roti croissant bisa Anda dapatkan
dengan mudah di hampir semua toko roti atau bakeri, terutama di toko
roti yang ada di hotel-hotel berbintang. Yang saya ceritakan diatas
adalah jenis croissant tawar atau plain croissant. Tapi sekarang banyak sekali jenis croissant
yang dijual dan dipamerkan di etalase. Ada croissant keju, croissant
coklat, croissant almon dan ada juga croissant sandwich yang isinya
macam-macam. Seandainya Anda berkesempatan melakukan business breakfast
dengan mitra usaha Anda di salah satu hotel berbintang di kota Anda,
saya anjurkan untuk mempraktekkan apa yang saya uraikan diatas. It’s worth to try loh! Bila tidak, Anda juga bisa melakukannya pada akhir-pekan di rumah bersama isteri dan anak-anak tercinta.
Mengapa croissant begitu terkenal dan disukai? Croissant berasal dari negeri Perancis. Kata croissant (lafalnya: kroasãn) dalam bahasa Perancis berarti bentuk bulan sabit, yaitu bentuk dari roti ini. Di dalam bahasa Inggeris, padan-katanya adalah crescent. Ada yang bilang bahwa sebenarnya croissant
itu sama saja dengan roti-roti yang lain, tapi karena “berbau” Perancis
kita jadi latah ikut-ikutan, dan “sok-sok” an menyukainya. Mungkin saja
hypothese ini benar, tapi itu tidak penting. Memang pada
kenyataannya segala sesuatu yang “berbau” Perancis memiliki nilai jual
yang lebih tinggi, entah mengapa? Leonardo da Vinci adalah orang Itali
tapi menjadi terkenal setelah tinggal di Perancis. Begitu juga dengan
pelukis Pablo Picasso yang orang Spanyol itu. Siapa pernah menyangka
bahwa nama asli Pièrre Cardin adalah Pietro Cardini, yang
memang asli Itali. Itulah Perancis. Dalam hal marketing, orang Perancis
paling jago. Perancis adalah negara produsen anggur. Diantara produk
anggur-anggur Perancis, ada sejenis anggur yang tidak bisa disimpan lama
sehingga bila tidak terjual dan terkonsumsi dalam waktu cepat, anggur
ini akan keburu basi. Untuk bisa menjual-habis anggur ini dalam waktu
cepat, mereka harus menjualnya dengan harga yang murah dengan resiko
rugi. Untuk menghindari kerugian itu, maka dikampanyekanlah festival
anggur Beaujolais Nouveaux (lafalnya: bojyolè nuvô) atau Beaujolais Baru
setiap tahun pada awal bulan November, saat anggur ini selesai
diproses. Anehnya para konsumen di seluruh dunia mau saja “dikibulin”
oleh kampanye ini. Sekedar info tambahan, di Perancis ada tiga daerah
penghasil anggur utama yaitu, Bourgogne (Burgundy), Bordeaux dan Côte du Rhone. Beaujolais adalah salah satu dari produk daerah Bourgogne. Untuk keperluan Gala Prémière
peluncuran anggur ini, hari H ditetapkan dan diumumkan ke seluruh
dunia. Dan anehnya, negara-negara lain termasuk Amerika dan Jepang
“mau-maunya nurut” mengikuti ritual ini. Seminggu sebelum hari H,
berton-ton peti-kemas berisi anggur ini diberangkatkan melalui kargo
udara dari bandara Charles de Gaulle di Roissy, Paris ke berbagai kota
tujuan di seluruh penjuru dunia, termasuk ke Jakarta, Indonesia. Pada
hari H yang sudah ditetapkan itu upacara dilakukan dengan serentak.
Upacara kecil ini biasanya dilakukan di hotel-hotel atau restoran pada
saat makan siang atau yang lebih resmi pada waktu makan malam. Sebelum
memesan makanan kita dipersilahkan untuk mencicipi dulu anggur ini.
Sementara itu di dalam daftar menu, sang Chef telah menyiapkan pilihan menu-menu khusus yang rasanya sudah dicocokkan dengan Beaujolais Nouveaux yang baru datang. Bagi para Kompasianer yang menggemari anggur merah atau red wine (vin rouge), yang mau ikut mecicipi Beaujolais Nouveaux
ini, Anda bisa memesan tempat di berbagai hotel berbintang di kota-kota
besar di Indonesia. Waktunya selalu awal November tapi tanggalnya tidak
selalu sama setiap tahun, bergantung dari jatuhnya hari “panen” anggur
ini di “sono” nya.
Sebelum saya ngelantur terlalu jauh, baiklah saya kembali kepada pokok pembahasan kita tentang croissant. Ternyata kemasyhuran croissant yang sampai mendunia ini adalah juga berkat “bau” Perancisnya. Sayapun tidak pernah menyangka bahwa asal-muasal croissant
ini datang dari negeri Austria. Banyak versi yang mengisahkan asal mula
roti croissant ini. Data yang paling akurat adalah berdirinya sebuah
toko roti atau boulangerie (bakery) “Viennoise” pada tahun 1838 di Paris, tepatnya di 92, rue de Richelieu dekat l’Opéra.
Pemiliknya adalah seorang ex perwira artileri Austria bernama August
Zang. Kekhususan toko roti ini adalah menjual roti-roti khas Austria
yaitu Kipferl (cikal-bakal croissant) dan Viennois (seperti roti
baguette Perancis tapi beruas-ruas agar mudah dipotong dengan tangan).
Kisah lain tentang sejarah croissant yang lebih tua tercatat sejak abad
ke 17. Pada masa itu Perancis baru saja menang berperang melawan Turki.
Sebagaimana diketahui bahwa tentara Turki ini beragama Islam dan selalu
membawa bendera dan panji-panji berlambangkan bulan sabit atau crescent.
Sayang tidak ada data-data yang lebih rinci yang menggambarkan hubungan
antara perang agama pada waktu itu dengan bentuk croissant yang kita
kenal sekarang.
Yang paling menarik adalah cerita tentang asal usul kipferl yang merupakan nenek-moyang atau cikal-bakal dari croissant.
Kejadiannya berlangsung pada abad ke 13. Pada masa itu Kekaisaran
Austria mempunyai banyak musuh sehingga tentaranya selalu berada dalam
keadaan siap siaga setiap saat. Akibatnya tentara dari negara-negara
musuh tidak bisa dengan gampang-gampang menyerang tanpa diketahui oleh
para pengintai Austria. Bangsa Austria, sebagaimana halnya dengan banyak
bangsa-bangsa Eropa lainnya mempunyai kebiasaan bangun pagi, sarapan
roti, minum susu atau kopi dan kemudian bekerja keras sehari penuh.
Kebutuhan akan roti untuk sarapan pagi ini membuat para pembuat dan
penjual roti bisa mencari nafkah dengan pendapatan yang baik. Kalau
orang lain bekerja keras seharian penuh pada siang hari, para tukang
roti ini bekerja keras sejak dini hari agar roti-roti bisa siap dan
dijual sebelum waktu sarapan pagi. Suatu ketika, tentara musuh-musuh ini
berencana untuk melakukan penyerbuan pada dini pagi hari dengan
perhitungan bahwa para penduduk Austria masih lelap tidur. Mereka tidak
memperhitungkan bahwa pada dini pagi hari itu para tukang pembuat roti
ini sudah sibuk bekerja keras untuk nafkah mereka sehari-hari. Pada hari
penyerangan itu, suara derap kaki kuda tentara musuh itu sudah
terdengar dari kejauhan oleh para pembuat roti tersebut. Mereka segera
melaporkan kejadian itu kepada pos garnisun terdekat. Secepat kilat,
petugas garnisun memberitahukan kepada para komandan jaga tentang semua
hal yang dilaporkan oleh penduduk. Singkat cerita perangpun pecah dan
musuhpun berhasil dipukul mundur. Kejadian tentang serangan musuh pada
pagi hari buta yang ternyata bisa diketahui oleh para pembuat roti ini
juga dilaporkan kepada Kaisar Austria. Kepada para tukang pembuat roti
ini Kaisar memberi hadiah atas jasa-jasa mereka, dan memerintahkan agar
membuat roti khusus yang bisa mengingatkan mereka semua atas kejadian
ini. Akhirnya mereka semua bersepakat untuk membuat roti kipferl, yang sekarang kita kenal dengan nama croissant,
yang mengambil bentuk ladam atau tapal kuda (seperti huruf U). Memang
sejak dulu manusia menyukai lambang-lambang. Yang menyelamatkan Austria
dari serangan musuh kala itu memang suara gemuruh yang dibuat oleh
tapal-tapal (sepatu) kuda tentara musuh. Tapi sekarang masa perang sudah
lampau, rasa croissant sekarang lebih banyak mendatangkan rasa dan
suasana damai. Dan jangan lupa, kopi susunya encer saja dan diseruput
selagi panas-panas.