Kamis, 27 September 2012

ASAL USUL CROISSANT

Roti croissant memang istimewa. Setiap kali saya mendapat kesempatan untuk sarapan pagi dengan roti ini, saya selalu mendendangkan bait pertama lagu “Saulé” asal Maluku ini, seperti yang tertulis diatas. Keistimewaan roti ini adalah lapisan luar yang garing. Crispy kata orang asing. Tapi bagian dalamnya empuk, kenyal dan gurih. Teman-makan dari croissant adalah café au laît atau kopi susu panas yang agak encer, jangan terlalu kental dan di dalam cangkir besar. Kebiasaan saya adalah memberi sedikit lapisan mentega (atau margarin) dan selai arbeien (strawberry jam) diatas roti ini, kemudian disantap sambil menyeruput kopi susu panas yang tanpa gula. Kalau bisa dan kalau memungkinkan, kopinya harus yang asli. Tidak harus kopi impor tapi jangan kopi jagung. Wah, serasa pagi hari di surga, deh! Rasa manis dari selai arbeien ini sudah lebih dari cukup untuk memaniskan kopi susu panas tersebut. Tapi kalau Anda ingin memberi gula kedalam kopi susu Andapun tidak ada yang melarang. Meracik makanan sesuai dengan selera Anda adalah sepenuhnya hak asasi Anda.

Roti croissant bisa Anda dapatkan dengan mudah di hampir semua toko roti atau bakeri, terutama di toko roti yang ada di hotel-hotel berbintang. Yang saya ceritakan diatas adalah jenis croissant tawar atau plain croissant. Tapi sekarang banyak sekali jenis croissant yang dijual dan dipamerkan di etalase. Ada croissant keju, croissant coklat, croissant almon dan ada juga croissant sandwich yang isinya macam-macam. Seandainya Anda berkesempatan melakukan business breakfast dengan mitra usaha Anda di salah satu hotel berbintang di kota Anda, saya anjurkan untuk mempraktekkan apa yang saya uraikan diatas. It’s worth to try loh! Bila tidak, Anda juga bisa melakukannya pada akhir-pekan di rumah bersama isteri dan anak-anak tercinta.
Mengapa croissant begitu terkenal dan disukai? Croissant berasal dari negeri Perancis. Kata croissant (lafalnya: kroasãn) dalam bahasa Perancis berarti bentuk bulan sabit, yaitu bentuk dari roti ini. Di dalam bahasa Inggeris, padan-katanya adalah crescent. Ada yang bilang bahwa sebenarnya croissant itu sama saja dengan roti-roti yang lain, tapi karena “berbau” Perancis kita jadi latah ikut-ikutan, dan “sok-sok” an menyukainya. Mungkin saja hypothese ini benar, tapi itu tidak penting. Memang pada kenyataannya segala sesuatu yang “berbau” Perancis memiliki nilai jual yang lebih tinggi, entah mengapa? Leonardo da Vinci adalah orang Itali tapi menjadi terkenal setelah tinggal di Perancis. Begitu juga dengan pelukis Pablo Picasso yang orang Spanyol itu. Siapa pernah menyangka bahwa nama asli Pièrre Cardin adalah Pietro Cardini, yang memang asli Itali. Itulah Perancis. Dalam hal marketing, orang Perancis paling jago. Perancis adalah negara produsen anggur. Diantara produk anggur-anggur Perancis, ada sejenis anggur yang tidak bisa disimpan lama sehingga bila tidak terjual dan terkonsumsi dalam waktu cepat, anggur ini akan keburu basi. Untuk bisa menjual-habis anggur ini dalam waktu cepat, mereka harus menjualnya dengan harga yang murah dengan resiko rugi. Untuk menghindari kerugian itu, maka dikampanyekanlah festival anggur Beaujolais Nouveaux (lafalnya: bojyolè nuvô) atau Beaujolais Baru setiap tahun pada awal bulan November, saat anggur ini selesai diproses. Anehnya para konsumen di seluruh dunia mau saja “dikibulin” oleh kampanye ini. Sekedar info tambahan, di Perancis ada tiga daerah penghasil anggur utama yaitu, Bourgogne (Burgundy), Bordeaux dan Côte du Rhone. Beaujolais adalah salah satu dari produk daerah Bourgogne. Untuk keperluan Gala Prémière peluncuran anggur ini, hari H ditetapkan dan diumumkan ke seluruh dunia. Dan anehnya, negara-negara lain termasuk Amerika dan Jepang “mau-maunya nurut” mengikuti ritual ini. Seminggu sebelum hari H, berton-ton peti-kemas berisi anggur ini diberangkatkan melalui kargo udara dari bandara Charles de Gaulle di Roissy, Paris ke berbagai kota tujuan di seluruh penjuru dunia, termasuk ke Jakarta, Indonesia. Pada hari H yang sudah ditetapkan itu upacara dilakukan dengan serentak. Upacara kecil ini biasanya dilakukan di hotel-hotel atau restoran pada saat makan siang atau yang lebih resmi pada waktu makan malam. Sebelum memesan makanan kita dipersilahkan untuk mencicipi dulu anggur ini. Sementara itu di dalam daftar menu, sang Chef telah menyiapkan pilihan menu-menu khusus yang rasanya sudah dicocokkan dengan Beaujolais Nouveaux yang baru datang. Bagi para Kompasianer yang menggemari anggur merah atau red wine (vin rouge), yang mau ikut mecicipi Beaujolais Nouveaux ini, Anda bisa memesan tempat di berbagai hotel berbintang di kota-kota besar di Indonesia. Waktunya selalu awal November tapi tanggalnya tidak selalu sama setiap tahun, bergantung dari jatuhnya hari “panen” anggur ini di “sono” nya.

Sebelum saya ngelantur terlalu jauh, baiklah saya kembali kepada pokok pembahasan kita tentang croissant. Ternyata kemasyhuran croissant yang sampai mendunia ini adalah juga berkat “bau” Perancisnya. Sayapun tidak pernah menyangka bahwa asal-muasal croissant ini datang dari negeri Austria. Banyak versi yang mengisahkan asal mula roti croissant ini. Data yang paling akurat adalah berdirinya sebuah toko roti atau boulangerie (bakery) “Viennoise” pada tahun 1838 di Paris, tepatnya di 92, rue de Richelieu dekat l’Opéra. Pemiliknya adalah seorang ex perwira artileri Austria bernama August Zang. Kekhususan toko roti ini adalah menjual roti-roti khas Austria yaitu Kipferl (cikal-bakal croissant) dan Viennois (seperti roti baguette Perancis tapi beruas-ruas agar mudah dipotong dengan tangan). Kisah lain tentang sejarah croissant yang lebih tua tercatat sejak abad ke 17. Pada masa itu Perancis baru saja menang berperang melawan Turki. Sebagaimana diketahui bahwa tentara Turki ini beragama Islam dan selalu membawa bendera dan panji-panji berlambangkan bulan sabit atau crescent. Sayang tidak ada data-data yang lebih rinci yang menggambarkan hubungan antara perang agama pada waktu itu dengan bentuk croissant yang kita kenal sekarang.
Yang paling menarik adalah cerita tentang asal usul kipferl yang merupakan nenek-moyang atau cikal-bakal dari croissant. Kejadiannya berlangsung pada abad ke 13. Pada masa itu Kekaisaran Austria mempunyai banyak musuh sehingga tentaranya selalu berada dalam keadaan siap siaga setiap saat. Akibatnya tentara dari negara-negara musuh tidak bisa dengan gampang-gampang menyerang tanpa diketahui oleh para pengintai Austria. Bangsa Austria, sebagaimana halnya dengan banyak bangsa-bangsa Eropa lainnya mempunyai kebiasaan bangun pagi, sarapan roti, minum susu atau kopi dan kemudian bekerja keras sehari penuh. Kebutuhan akan roti untuk sarapan pagi ini membuat para pembuat dan penjual roti bisa mencari nafkah dengan pendapatan yang baik. Kalau orang lain bekerja keras seharian penuh pada siang hari, para tukang roti ini bekerja keras sejak dini hari agar roti-roti bisa siap dan dijual sebelum waktu sarapan pagi. Suatu ketika, tentara musuh-musuh ini berencana untuk melakukan penyerbuan pada dini pagi hari dengan perhitungan bahwa para penduduk Austria masih lelap tidur. Mereka tidak memperhitungkan bahwa pada dini pagi hari itu para tukang pembuat roti ini sudah sibuk bekerja keras untuk nafkah mereka sehari-hari. Pada hari penyerangan itu, suara derap kaki kuda tentara musuh itu sudah terdengar dari kejauhan oleh para pembuat roti tersebut. Mereka segera melaporkan kejadian itu kepada pos garnisun terdekat. Secepat kilat, petugas garnisun memberitahukan kepada para komandan jaga tentang semua hal yang dilaporkan oleh penduduk. Singkat cerita perangpun pecah dan musuhpun berhasil dipukul mundur. Kejadian tentang serangan musuh pada pagi hari buta yang ternyata bisa diketahui oleh para pembuat roti ini juga dilaporkan kepada Kaisar Austria. Kepada para tukang pembuat roti ini Kaisar memberi hadiah atas jasa-jasa mereka, dan memerintahkan agar membuat roti khusus yang bisa mengingatkan mereka semua atas kejadian ini. Akhirnya mereka semua bersepakat untuk membuat roti kipferl, yang sekarang kita kenal dengan nama croissant, yang mengambil bentuk ladam atau tapal kuda (seperti huruf U). Memang sejak dulu manusia menyukai lambang-lambang. Yang menyelamatkan Austria dari serangan musuh kala itu memang suara gemuruh yang dibuat oleh tapal-tapal (sepatu) kuda tentara musuh. Tapi sekarang masa perang sudah lampau, rasa croissant sekarang lebih banyak mendatangkan rasa dan suasana damai. Dan jangan lupa, kopi susunya encer saja dan diseruput selagi panas-panas.

Pengetahuan Tentang Croissant

Resep Croissant

Pagi hari di temani dengan secangkir kopi susu / teh lebih nikmat bersama roti yang satu ini.
Resep Croissant
Bahan :

  • 1000 gram Terigu
  • 15 gram Ragi instan
  • 15 gram Garam
  • 80 gram Gula
  • 2   gram Bread improver
  • ± 550 gram Air es
  • 50 gram Susu Cair
  • 50 gram Margarin
  • 750    gram Shortening Pastry (untuk lapisan )
Bahan Olesan :
  • 20 (± 1 butir )    Kuning Telur
  • 10   gram    Air
Cara Membuat:
  • Aduk bahan kering, masukkan telur dan air, dengan speed (1) sekitar 2 menit. Matikan mixer, masukkan lemak, pindah speed 2 aduk lagi sekitar 7 menit (tidak sampai kalis).
  • Istirahatkan adonan di lemari es selama 20 menit, tutup dengan plastik. Adonan di-roll melebar kemudiaan masukkan shortening pastry dengan metode Prancis.
  •  Lipat dengan lipatan single, lalu istirahat di lemari es selama 5 menit. Di-roll lagi melebar persegi panjang sampai ketebalan 10 mm, lalu lakkukan seperti di atas.
  • Lakukan seperti nomor 4 sebanyak dua kali lagi. Terakhir tipiskan setebal 4 mm, lalu potong-potong bentuk croissant lalu gulung.
  • Biarkan mengembang di dalam proofing cabinet 30 – 40 menit. Oles dengan kuning telur setelah setengah proof.Bakar di oven selama 15 menit, pada suhu oven 200’C.